Langsung ke konten utama

Playboy? What the hell is that?

 

"Playboy".
Kata ini agaknya sudah tidak asing lagi dalam dunia percintaan. Mungkin, bagi sebagian lelaki mengartikan kata ini sebagai "permusuhan" (khususnya yang jomblo)--you know lah what I mean.. atau bahkan sebagiannya memandang sebagai "persahabatan"--come on man, we are created for this, aren't we? . Berbeda tentunya dengan kaum hawa, dominan dari mereka memang menghambakan diri pada kutub "permusuhan", tetapi tidak pada perilaku tampaknya (overt behavior). Tetap saja sebagian besar dari mereka terjatuh pada area yang bersahabat dengan playboy, bahkan dalam konteks sebagai "korban" sekalipun!

Well, dari penjelasan diatas, boleh jadi hanya dua kategori lelaki di dunia ini, yaitu, "kalo gak Jomblo ya Playboy"--lekong gak termasuk ya, itu alien . Mungkin playboy yang diartikan banyak orang sekarang adalah Lelaki yang tidak baik, bejat, dan suka mempermainkan wanita. Mudah berpindah kelain hati, "habis manis sampah dibuang", memuja kesempurnaan, dan semacamnya. Wajar tidak ada tempat lagi bagi penganut aliran ini, untuk mendapatkan predikat baik sebagai lelaki yang seharusnya. Namun, pemahaman tersebut sangat klise, Playboy tidaklah serendah itu guys! --ayok bangkit playboys, aku dipihakmu..

Begini penjelasannya, Playboy secara etimologi berasal dari Kata "Play" dan "Boy". Play berarti; bermain-main, mengambil untung dari, dan memainkan, sebagai nomina juga berarti; permainan, drama, hubungan yang longgar, dll. Kemudian, Boy berarti; pria, anak laki-laki, dan pelayan. Jadi Playboy merupakan laki-laki atau pria yang senang bermain-main, atau pria yang bermain untuk kesenangan bagi dirinya. Merujuk pada arti nomina Playboy juga dapat dipahami sebagai bentuk hubungan yang tidak serius, penuh dengan cerita karangan dan dapat berarti sebagai hubungan yang longgar.

Jadi dapat disimpulkan bahwa, playboy merupakan seorang lelaki yang berorientasi pada kesenangan dan permainan untuk kepuasan dirinya. Sejatinya dalam permainan tentunya harus dengan teman bermain, dalam hal ini adalah wanita. Hubungan yang terjadi dalam permainan itu bersifat longgar seperti permainan pada umumnya. Nah, tujuannya jelas, demi kepuasan, kepuasan yang dimaksud "katanya" berasal dari pengalaman tentang kehebatan bermain "Cinta" dalam hubungan yang tidak mengikat--Jadi Playboy akan bilang, "it just a game, so whats wrong?".
Baiklah, sebelum kita menjelaskan dimana letak masalahnya. Apa sih yang membuat Playboy mempermainkan Cinta?
Marvin Zuckerman (Professor Emeritus of Psychology University of Delaware-USA) memaparkan bahwa pada hakikatnya setiap manusia memiliki sesuatu yang mendasari perilaku (trait) mereka. Dalam pandangan terbatas, trait tersebut menurut Zuckerman disebut dengan Sensation-Seeking, yaitu kebutuhan akan sensasi-sensasi yang baru, luar biasa dan kompleks, serta kesediaan untuk mengambil resiko, baik fisik, sosial, hukum maupun finansial, untuk memperoleh suatu pengalaman. Seperti halnya dengan playboy, dalam sekuel cintanya, alih-alih cinta sebagai permainan malah menjadi candu tersendiri dalam hidupnya. Sensasi-sensasi mendekati, mengejar, dan membangun hubungan menjadi pengalaman nan kaya akan roman dan makna.

Pengalaman-pengalaman "Cinta" tersebut sangat berhubungan dengan perasaan (khususnya emosi). Oleh karena itu, tidak salah kalau istilah playboy juga dinisbatkan kepada "Seni Mengolah Perasaan", baik perasaannya sendiri maupun teman sepermainannya. Wanita itu adalah makhluk yang berpegang teguh pada perasaan. Itulah mengapa, banyak wanita yang klepek-klepek pada pesona seorang playboy yang dengan hebat mengaduk-aduk perasaannya. Namun ingat, kembali lagi kepada esensi sebenarnya, segala keahlian ini digunakan oleh playboy hanya untuk bermain-main saja, berbeda dengan wanita. Disini awal mula kesalahan itu terjadi.
Lho kok bisa menjadi masalah?, bukankah keduanya menjadi saling mengisi, seorang lelaki dengan keahlian cinta dengan seorang wanita penikmat cinta? Seharusnya mereka menjadi pasangan yang ideal bukan?
Playboy pada dasarnya mencari sensasi (sensation-seeking) untuk mendapatkan kegairahan dan meningkatkan rangsangan, hingga kepuasannya semakin optimal, makanya mereka cenderung mencari stimulus baru dan lebih luar biasa dari sebelumnya, dalam hal ini wanita lain yang dianggapnya cukup sensasional (baca: bohay ). Untuk lebih jelasnya, Sensation-Seeking terdiri dari 4 komponen penting, yaitu :
  1. Thrill and Adventure Seeking--keinginan untuk terlibat dalam aktifitas fisik dan beresiko, penuh tantangan, dan berbahaya.
  2. Experience Seeking--pencarian pengalaman baru dengan pikiran dan perasaan, aktivitas seni yang menolak aspek normatif, surprising, dan pencarian informasi dengan suasana baru.
  3. Disinhibition--melakukan perilaku yang bertentangan dan menyimpang dari kebiasaan umum, mengarah kepada kebebasan mutlak, melakukan sesuatu diluar batas.
  4. Boredom Susceptibility--bosan dengan kegiatan berulang, kegiatan yang mudah ditebak, menolak hal yang kaku dan konvensional.
Dengan melihat keempat komponen diatas tentunya kita jadi mengerti mengapa playboy tidak pernah dapat bertahan pada sebuah hubungan. Kasus playboy ini setidaknya berada pada 3 komponen, diantaranya; Boredom Susceptibility, dalam suatu hubungan yang intens, sang playboy lama-kelamaan akan mendapati pola emosi dan perilaku yang sama dari lawan bermain (baca: teman perempuan), oleh karenanya, kebosanan dan kehilangan gairah menyerang hubungan mereka. e.g. harus ngasih kabar ke temen cewek, harus perhatian, harus mengantar dan menjemput ke tempat kerja, salon, dll.

Kemudian pada aspek Disinhibition, aspek kebebasan menjadi cukup penting setelah mereka merasa bosan, tentu saja berpikir untuk mendapatkan teman wanita lainnya bukanlah pilihan yang tidak mungkin. Selanjutnya pada aspek Experience Seeking, dimana pengalaman-pengalaman membangun hubungan dengan perempuan yang banyak menjadi kesenangan tersendiri, lain wanita tentunya lain karakternya, dan bagaimana menakhlukannya? Ini lah yang menjadi objek utama playboy.

Demikianlah mengapa playboy seolah mempermainkan wanita, pada dasarnya playboy tidak pernah membangun hubungan yang serius, e.g. Pacaran, menjadi sepasang Kekasih. Playboy yang sesungguhnya akan selalu single dan memiliki banyak teman wanita. Bukan wanita yang dipermainkannya, namun "Cinta"nya. Apabila ada lelaki dengan pacar yang banyak, itu bukan playboy, tapi "B*jing*n".
 
Kembali lagi pada pertanyaan "it just a game, so whats wrong?"
NOTHING!!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Diskusi Kelompok

kata 1 : Saya melihat ikan mas di kamar hotel yang bernomor 26. kata 2 : Dalam 1 aquarium terdapat 30 ekor ikan mas. kata 3 : Ayam ada 3 ekor. kata 4 : Telah lebih dari 47 tahun ayam-ayam itu kami pelihara. kata 5 : Ayam saya mempunyai bulu yang lebih dari 9. Dijadikan cerita sebagai berikut; Ketika itu Aku sedang jalan-jalan mencari keberadaan rumah teman lamaku, Aku berjalan kian kemari, tidak jelas arah yang dituju karena memang Aku tidak tahu rumahnya dimana, dmana sekarang pun Aku tidak tahu. Akhirnya kakiku keseleo kehalaman depan Hotel mewah bintang 10, kulihat secercah sinar harapan ada disana, dan hatiku berkata "barangkali sugiman ada disana.....!". Aku kuatkan langkah kakiku, berderap langkah menuju pintu masuk dengan pengharapan secercah sinar akan menjadi terang benderang... Luar biasa, pengharapanku dikabulkan dihadapanku menjadi terang benderang, oh tentu rupanya berjejeran lampu neon hotel bergelantungan di singasana loteng. Sedikit kecu...

Fenomena Guru Saat Ini

Anggota Kelompok: 09-013 Dwika Septian Ihsan 10-024 Nadya Putri Delwis 10-036 Melva Safira "Pahlawan tanpa tanda jasa" Apa yang terlintas di fikiran kita saat membaca statement tersebut..?? :) Yup, dengan tersenyum kita akan menjawab "Guru", kita akan seketika teringat akan sosok seorang guru, seorang yang keras tapi penyayang (berdasarkan pengalaman pribadi) , disiplin, hangat, ceria, humoris, kaku, merasa benar juga ada, metodologis, killer dan berbagai macam sosok guru yang terlintas di fikiran kita tergantung paradigma masing-masing. Sebenarnya kami agak bingung dengan slogan seperti itu, sejak kapan sebutan itu melekat pada citra seorang guru. Penuh ambiguitas, dan sayangnya kami (maksudnya saya secara pribadi) mencernanya dengan negatif. Tapi ya sudah lah, kami bukan ingin mengupas hal tersebut. Mungkin dari berbagai kata mata pemikiran kita masing-masing, terdapat banyak mungkin perbedaan dalam menginterpretasikan guru.   Kenapa sosok guru yang dulu me...

awwal

بسم الله الرحمن الرحيم Puji syukur kepada Allah swt. yang masih memberikan kesehatan dan kesempatan, Salawat dan Salam kepada Nabi Muhammad saw. yang telah mengajak manusia memuliakan diri di hadapan Allah swt. Pada kesempatan awal ini saya merasa sangat bersyukur sekali, dengan segenap tenaga, pikiran dan sedikit waktu yang lumayan menyita perhatian, akhirnya Blog ini siap juga. Blog ini di dedikasikan untuk seluruh materi yang berkenaan dengan Psikologi secara Umum dan Psikologi Pendidikan secara khusus. Serta juga tidak terlepas dari tujuan umat Islam yang Universal, blog ini akan admin gunakan sebagai jalan kemanfaatan untuk setiap umat dalam menjalankan misi-misi da'wah dan juga akan berusaha untuk memberikan suatu hal yang menarik, bermanfaat dan penting sebagai sarana berbagi untuk menjalin Silaturahmi.. terima kasih untuk para pengunjung, Admin.